Minggu, 14 Oktober 2007

Sedih Tak Bisa Pulang Lebaran

Senin, 15 Oktober 2007


Warga Perantauan
Sedih Tak Bisa Pulang Lebaran


Sedih. Satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan warga Indonesia yang tinggal di luar negeri dan tidak dapat mudik berlebaran di kampung halaman.

Di Singapura, shalat Idul Fitri digelar di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, Sabtu (13/10) pagi.

"Sebagian jamaah terisak-isak menangis," kata Trie Mayor (39) yang turut dalam shalat Ied di KBRI Singapura. Trie Mayor segera meluncur ke Tampines untuk berhalalbihalal dengan puluhan warga Indonesia lainnya. Ada ketupat, rendang, opor, sambal goreng ati, bahkan siomay pun menyemarakkan sajian Lebaran di Tampines tersebut.

"Makanan ini sumbangan warga yang datang ke acara halalbihalal itu. Ada banyak kafe dan resto yang juga menjual masakan Indonesia, tetapi rasanya lebih afdal kalau kami bikin sendiri," tutur Trie.

Perasaan sedih pun menggayuti Fadillah (27) yang bekerja di bagian pengecekan kualitas pada Spill Electronic Company di Taichung City, Taiwan. Ia tidak mudik ke Solo, Jawa Tengah. Demikian juga Detty di Zurich, Swiss, dan Asmarani Marchetti di Cairo, Mesir. Mereka tidak mudik karena anak-anak tidak libur.

"Anak-anak saya sekolah di sekolah Italia di Mesir, jadi tidak ada libur Lebaran," kata Rani, nama panggilan Asmarani Marchetti.

Tania Anderson yang bersekolah bahasa Denmark di Sporg og Integrations Center Copenhagen, Denmark, tidak mudik ke Jakarta karena tidak libur.

Di Paris, Yuli Moreno (32) merayakan lebarannya seperti tahun lalu, di Perancis, karena keterbatasan biaya. Dia mengenang momen mudik Lebaran ke Kuningan, Jawa Barat—bagaimana pemudik sampai menyewa bajaj dari Jakarta.

Kenangan manis Detty di Rumbai, Pekanbaru, semasa kanak-kanak adalah ketika mendapat tiga baju Lebaran. Trie selalu berbaju kembar dengan dua kakak perempuannya, dan setelah itu foto di studio foto. "Fotonya masih hitam putih," kenangnya.

Lebaran adalah kemenangan mengalahkan hawa nafsu, bermaaf-maafan dan memulai hidup baru. Meski tak bisa berkumpul dengan keluarga di Indonesia, berkumpul dengan "keluarga-keluarga baru" di luar negeri pun dapat mendamaikan hati.... (LOK)


www.kompas.co.id

Tidak ada komentar: